Tempat Pelaksanaan Shalat Id


Disunnahkan untuk melaksanakan shalat di mushalla (tanah lapang) bila masjidnya sempit atau tidak cukup untuk menampung banyaknya jama’ah. Kondisi tidak cukupnya masjid merupakan kondisi yang umum di Indonesia sehingga sebaiknya shalat Id dilaksanakan di tanah lapang. Hal ini tentunya berbeda dengan kondisi yang ada di masjidil haram.

Dari Abu Sa'id Al Khudri radhiyallahu ‘anhu beliau berkata:

كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَخْرُجُ يَوْمَ الْفِطْرِ وَالْأَضْحَى إِلَى الْمُصَلَّى فَأَوَّلُ شَيْءٍ يَبْدَأُ بِهِ الصَّلَاةُ ثُمَّ يَنْصَرِفُ فَيَقُومُ مُقَابِلَ النَّاسِ وَالنَّاسُ جُلُوسٌ عَلَى صُفُوفِهِمْ فَيَعِظُهُمْ وَيُوصِيهِمْ وَيَأْمُرُهُمْ فَإِنْ كَانَ يُرِيدُ أَنْ يَقْطَعَ بَعْثًا قَطَعَهُ أَوْ يَأْمُرَ بِشَيْءٍ أَمَرَ بِهِ ثُمَّ يَنْصَرِفُ

"Pada hari raya Idul Firi dan Adha Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam keluar menuju mushalla (tempat shalat di lapangan), dan pertama kali yang beliau kerjakan adalah shalat hingga selesai. Kemudian beliau berdiri menghadap orang banyak sedangkan mereka dalam keadaan duduk di barisan mereka. Beliau memberi pengajaran, wasiat dan memerintahkan mereka. Dan apabila beliau ingin mengutus pasukan, maka beliau sampaikan atau beliau perintahkan (untuk mempersiapkannya), setelah itu beliau berlalu pergi." (HR. Bukhari & Muslim).

Bila ada udzur untuk melaksanakan shalat id di mushalla, maka diperintahkan untuk shalat id di masjid, misalnya saja karena hujan, dingin yang amat sangat, dll.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu,

أَنَّهُ أَصَابَهُمْ مَطَرٌ فِي يَوْمِ عِيدٍ فَصَلَّى بِهِمْ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صَلَاةَ الْعِيدِ فِي الْمَسْجِدِ

bahwa beliau pernah kehujanan pada waktu pelaksanaan shalat Id, maka Nabi shallallahu 'alaihi wasallam melaksanakannya di masjid." (HR. Abu Dawud, Imam Nawawi mengatakan hadits ini sanadnya hasan).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar